Oleh: Ferry Kasale, S.Pd (Sekretaris DPC PDI Perjuangan SBB)
TOMORALA.COM: Akibat penyebaran wabah pendemi covid 19 yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia termasuk Indonesia, bahkan wabahnya menjalar ke seluruh pelosok tanah air, termasuk Provinsi Maluku dan Kabupaten Seram Bagian Barat.
Kondisi ini kemudian di respon oleh pemerintah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menghentikan seluruh aktifitas, termasuk penutupan sekolah – sekolah mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA. Dan bahkan perguruan tinggi itu, dianggap tepat oleh pemerintah sendiri sebagai solusi untuk menekan atau memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut.
Sejak pemberlakuan peraturan itu terkusus di Kabupaten Seram Bagian Barat, kita mulai merasakan dampaknya yang begitu keras terhadap kondisi pendidikan di daerah bertajuk saka mese nusa itu. Pasalnya sudah hampir dua bulan siswa diliburkan di rumah, walaupun oleh Pemerintah Daerah menyebutnya “Belajar dari Rumah”
Tentu saja kondisi ini membuat kami ragu akan kualitas dari sebua proses belajar dirumah tersebut. ” Apalagi Kalau kemudian syaratnya adalah belajar secara Online?”
Mungkin cara demikian tepat jika di berlakukan pada daerah yang sudah terakses internetnya baik. Kemudian bagi Peserta Didik yang orang tuanya memiliki penghasilan yang serba cukup, sehingga bisa memfasilitasi sarana penunjang bagi anak-anak mereka semisal leptop, henpone android, wifi dan lain sebagainya. Kasihan sekali terhdap kondisi kita di SBB ini, bagaimana mungkin cara belajar seperti ini bisa dilaksanakan, saya kira hal ini sangat sulit dan memberatkan.
Sebab biar bagaimana pun siswa-siswa (PAUD, TK, SD dan SMP) itu, mereka sudah terbiasa dengan metode belajar langsung atau tatap muka sehingga ketika metode ini beralih ke pola pembelajaran secara online misalkan, tentu akan sangat berat.
Belum lagi dari aspek kempuan afektif (sikap dan nilai ) anak, yang biasanya cepat di bentuk saat proses belajar di sekolah justru akan berimplikasi, moral anak menjadi sesuatu yang perluh juga dipikirkan bersama.
Sementara piahak pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Seram Bagian Barat, cenderung menganggap hal ini sepeleh atau biasa-biasa saja. Bayangkan kalau keadaan ini terus terjadi tanpa kita tau kapan pendemi ini berakhir, maka dipastikan kualitas pendidikan kita akan terburuk.
Mestinya Kadis Pendidikan SBB mendorong inovasi-inovasi terbaru dengan mengoptimalkan kreatifitas para guru di setiap jenjang pendidikan itu, sehingga mereka betul-betul pro aktif sekalipun keadaanya seperti ini, kan mereka Para Guru itu tetap mendapatkan gaji dan tunjangan mereka karena itu mestinya mereka juga harus tetap konsen terhadap tugas pokok mereka yaitu mendidik dan mencerdaskan anak didik mereka.
Oleh karena itu dalam meresponi kondisi pendidikan di SBB tersebut maka, DPC PDI Perjuangan Kabupaten SBB mendorong beberapa solusi diantaranya :
Pertama, tingkatkan fungsi monitoring dan evaluasi terhadap pimpinan sekolah dan dewa guru, hal ini penting sehingga Kadis dapat memastikan betul proses belajar tetap terlakasana dalam bentuk yang rasional dan kontekstual.
Kedua, perluh adanya kerjasama para stakeholder (Pemerintah Desa, Tokoh Agama dan Tokoh Pendidikan) untuk membentuk relawan pendidikan disetiap desa untuk mempermuda upaya belajar anak-anak.
Ketiga, menyediakan perpustakaan mini disetiap desa dan dusun yang didalamnya disediakan modul – modul pendukung pembelajaran yang terintgrasi sehingga mempermuda siswa dalam menjelaskan dan mengerti materi ajar.
Sekiranya hal ini di lakukan paling tidak akan membantuh menekan situasi saat ini sehingga diharpkan kestabilan pendidikan kita masi tetap terjaga sehingga anak-anak kita yang adalah generasi penerus itu masi memiliki harapan masa depannya. (***)
Discussion about this post