TOMORALA: Anemia atau sering disebut dengan kurang darah merupakan kondisi di mana jumlah hemoglobin atau zat yang membawa oksigen dalam darah jumlahnya berkurang. Berdasarkan World Health Organization (WHO), anemia pada anak bisa terjadi apabila kadar hemoglobin dalam darahnya < 11 g/dl (untuk usia 6 bulan-5 tahun) dan < 12 g/dl (untuk usia 6 tahun-14 tahun).
Secara umum, anemia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti adanya perdarahan, penghancuran sel darah merah yang lebih cepat (kurang dari 120 hari), gangguan pembentukan sel darah merah akibat berkurangnya suatu zat tertentu seperti zat besi, asam folat, vitamin B12 serta gangguan pada sumsum tulang belakang.
Anemia yang kerap terjadi pada anak
Prevalensi terjadinya anemia pada anak di Indonesia cukup besar, di mana paling banyak disebabkan oleh defisiensi zat besi. Berdasarkan data dari Riskedas tahun 2014, anemia pada anak usia sekolah mencapai 29 persen, sedangkan di seluruh dunia WHO mencatat sekitar 25,4 persen.
Gejala anemia pada anak yang paling sering muncul antara lain anak tampak pucat, lemas, mudah lelah, cenderung mengantuk, sulit berkonsentrasi, pada usia sekolah di dapatkan gangguan belajar, mudah sakit akibat daya tahan tubuh yang rendah.
Pada kasus berat, anemia dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, masalah jantung seperti gagal jantung, hingga infeksi berat.
Tips mengatasi anemia pada anak
Anemia merupakan keadaan yang dapat dicegah. Tetapi, jika sudah telanjur terjadi maka penanganannya harus segera dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa cara untuk mengatasi anemia pada anak, yaitu :
1. Ketahui penyebabnya
Untuk mengatasi anemia harus diketahui dulu apa penyebabnya. Karena banyak sekali penyebab terjadinya anemia, maka diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti cek darah untuk mengetahui penyebabnya.
Apabila disebabkan oleh infeksi seperti cacingan, anak perlu diberikan obat cacing untuk menghentikan infeksi. Apabila terjadi perdarahan, maka transfusi darah dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kondisi anemia.
2. Terapkan pola makan yang baik
Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi sangat memengaruhi kecukupan kebutuhan nutrisi anak. Dalam pencegahan dan mengatasi keadaan anemia, sebaiknya berikan sumber makanan yang tinggi akan zat besi.
Beberapa makanan yang mengandung zat besi antara lain daging merah, hati ayam, kacang-kacangan, bayam dan brokoli.
Pada saat mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, sebaiknya jangan memberikan teh dan susu di waktu berdekatan. Karena kandungan pada keduanya dapat mengganggu penyerapan zat besi di saluran pencernaan.
3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C
Selain mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, jangan lupakan juga asupan tinggi vitamin C. Sebab, vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam saluran cerna. Anda dapat memberikan jeruk, stroberi, paprika, kiwi maupun jambu dalam menu makanan pendamping anak.
4. Berikan suplementasi besi
Pemberian suplementasi besi untuk anak-anak dapat dilakukan guna untuk mempercepat kenaikan kadar hemoglobin. Di Indonesia, pemberian suplementasi besi diutamakan untuk anak usia balita, terutama di usia 0-2 tahun.
Dosis yang diberikan pun berdasarkan berat badan anak, yaitu 1 mg/kgBB/hari selama 3 bulan untuk anak usia 2-12 tahun. Meskipun diberikan suplementasi besi, pola makan yang baik tetap harus dijaga dan dipertahankan.
Anemia pada anak banyak terjadi di usia sekolah. Oleh sebab itu, penting sekali bagi orang tua untuk mengetahui tentang kondisi anemia pada anak, sehingga pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan baik. [NP/ RVS]
Sumber: klikdokter.com
Discussion about this post