TOMORALA.COM: Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku semakin santer diperbincangkan publik. Dari kalangan elite hingga masyarakat bawah ramai-ramai memprediksi, siapa Bakal Calon Gubernur atau Wakil Gubernur yang nanti mendominasi pesta demokrasi lima tahunan itu.
Beberapa lembaga survey di Maluku pun kini sudah standing position memperkirakan berapa potensi figur Cagub maupun Cawagub yang bakal merebut kursi panas Maluku itu.
Lembaga survey Center Studies for Network Research atau CENTRA salah satunya, menilai, akan ada perang bintang dilaga Pilgub Maluku. Yang santer misalnya, Gubernur saat ini, Murad Ismail (MI). Juga ada nama Jeffry Apoly Rahawarin (JAR).
Sementara itu, ada juga nama Said Latuconsina yang digadang gadang bakal ikut kontestasi perhelatan Gubernur Maluku. Dia (Said) masih TNI aktif, yang juga Komandan Lantamal IX Ambon. Harus memilih pensiun dini ketika masuk politik praktis termasuk maju Calon Gubernur Maluku.
Sementara dari kalangan sipil, ada Febry Calvin Tetelepta, Herman Kudubun (Politisi), Abdullah Tuasikal (Politisi), Saadiah Uluputy (Politisi), Hamza Sangadji (Politisi) serta Hendrik Lewerisa (Politisi).
Peneliti CENTRA yang juga Sekretaris Eksekutif, Wahada Mony mengatakan, Majunya MI, JAR maupun Said Latuconsina pada Pilgub Maluku, menandakan, kualitas demokrasi akan semakin sengit. “Perang” bintang tak terelakan, jika ketiganya harus bersaing ketat di pilkada Maluku. Namun, kompetensi dan kualitas figur perlu diutamakan, karena itu yang dibutuhkan saat ini kala menjadi orang nomor satu di Maluku.
Sementara itu, lanjut Mony, dari kalangan sipil, Vebry Calvin Tetelepta (VCT) juga patut diperhitungkan. Pasalnya, VCT sebutnya, sudah meyakinkan publik dengan jargon ingin membangun Maluku sudah meluas seantero Maluku. Kemungkinan VCT menguat karena kedekatan istana, apalagi menjabat Staf Deputi I Kepresidenan, jadi mudah bagi VCT untuk melakukan lobi politik dengan memanfaatkan kekuasaan yang sudah ada. Untuk itu, VCT tidak boleh dianggap sebelah mata oleh kandidat lainnya.
Dalam kalkukasi politik, Menurut Mony yang juga Koordinator Maluku Riset Institute ini juga, MI ditengah jajak pendapat dan survey, elektabilitas memuncak dibanding calon yang ada. Sebagai Ketua DPD PDIP Maluku yang juga Gubernur Maluku, sudah pasti dikenal publik hingga akar rumput. Akan tetapi, MI harus banting setir, dari sisa waktu masa pemerintahannya, MI harus “pacu kuda” dengan memulihkan citra dan kinerjanya sebelum masuk masa akhir jabatan hingga di Penjabatkan oleh Pj. Gubernur Maluku yang baru. Pasalnya, masih banyak pekerjaan rumah yang menurut publik butuh penuntasan, ini kemudian mempengaruhi empati publik kepada figur MI dalam proses kandidasi yang kedua kalinya.
Sementara, antara Jeffry dan Said, dua Jenderal yang baru mau maju Pilkada, juga harus mengejar ketertinggalan dari aspek popularitas publik maupun elektabilitas. Tiga kunci yang jadi varibel tertentu mestinya dimiliki kandidat, yakni, tingkat pengenalan kandidat, tingkat kesukaan publik serta keterpilihan masyarakat. Karena kalau sudah dikenal, belum tentu disukai, juga memiliki keduanya tapi belum tentu dipilih, terangnya lagi.
Antara MI dan Jeffry atau Said sama-sama memiki peluang bertarung, tergantung design marketing politik juga didukung oleh konsep juga gagasan kompetensi figur sebagai nilai jual publik. Begitu halnya VCT, skema marketing politik harus sampai ke pasar akar rumput, agar popularitas dan elektabilitas figur bisa menyaingi MI.
Di Pilgub Maluku, ada dua hal pokok penting perlu diperhatikan setiap figur kandidat, Pertama, siapa yang didukung oleh partai yang mana, ini tergantung dari power dan networking di tingkat pusat. Dan kedua, siapa yang menjabat Penjabat Gubernur Maluku.
MI, JAR atau Said punya pengaruh yang sama di level pusat. Begitu juga VCT, juga sama kuatnya, mudah meyakinkan pihak istana untuk mendukung dirinya. Semua ini tergantung lobi dan kekuatan politik masing-masing, imbuhnya lagi. (Wah)
Discussion about this post